Ini 4 Kuliner Legendaris Malang yang Jadi Saksi Sejarah
VIPBANDARQ – Ini 4 Kuliner Legendaris Malang. Malang adalah kota yang terkenal dengan suasana adem dan objek wisata alam yang masih asri. Selain itu, kota kecil yang berada di Jawa Timur ini juga banyak menyimpan kuliner enak menggugah selera. Berbicara tentang kuliner, karena zaman semakin maju, pastinya semua penjual terus berinovasi dan membuat makanan kekinian yang tak kalah buat ngiler
Rawon Kiroman
Dalam sejarahnya, Rawon Kiroman dulu hanya menjual rawon saja. Namun Untuk Soal Rasa, Rawon satu ini masih menggunakan Resep Tradisonal turun temurun dengan Bahan Alami Sejak Tahun 1950.
Warung lama H. Ridwan
Kata ‘lama’ tak hanya mengacu pada waktu saja, tetapi juga betapa legendarisnya warung ini. Warung H. Ridwan sudah ada sebelum Indonesia Merdeka. Dan sebelum membuka warung, H. Ridwan merintis dengan menggunakan Pikulan dan di jajakan kepada warga sekitar. Memasuki Tahun 1925 Baru Warung H. Ridwan memiliki Lokasi Tetap. Soal Rasa Tentu saja Warung H. Ridwan menggunakan Bumbu keluarga secara turun temurun
Di era penjajahan tersebut, Alm. H. Ridwan berjuang untuk bisa mendapatkan beras dengan sembunyi-sembunyi dan menyelundupkannya dalam wadah susu. Ketika itu pun ada menu andalan tambahan yakni sate komoh, tempe, serta ayam goreng.Warung ini tak jarang menjadi tempat persinggahan para pejuang pribumi untuk sekedar mengganjal perut.
Pak Yusuf juga menceritakan jika rasa yang terus terjaga tersebut juga dari tangan sang istri, yang memasak dengan sepenuh hati.
Warung Tahu Lontong Lonceng
Lontong Lonceng sudah ada sejak tahun 1935, ketika masa penjajahan.
Nama lonceng punya makna tersendiri, karena awalnya tahu lontong ini berada bawah ‘lonceng’ jam besar merah. Sekarang bentuknya sudah jadi tugu dengan jam kecil di atasnya. Pengujung yang datang juga dari berbagai kalangan termasuk wisatawan dari luar kota, jakarta, bandung, kalimantan dll. Anak-anak dari teman generasi pertama juga masih terus datang, apalagi ketika hari raya lebaran
Ketika masa penjajahan, lokasi yang berada di pusat kota ketika itu membuat jualan ini laris manis, mereka baru akan tutup warung saat sudah ada bunyi sirene pemerintah belanda.
Ronde Titoni
Di tengah dinginnya kota Malang, Ronde Titoni mungkin bisa menjadi makanan yang mengenyangkan sekaligus membuat hangat suasana. Warung Ronde sudah berdiri tiga tahun setelah merdeka, 1948 oleh Bapak Abdul Hadi.
Sebelum mempunyai warung tetap, Abdul Hadi memikul dagangannya dan sering berjualan di sekitar daerah Titoni. Pada 1985, Ronde ini pindah ke Jl. Zainal Arifin dan menetap di sini.
Jika kamu bertanya mengapa mereka masih bertahan walaupun ada yang sudah berusia hampir satu abad, maka jawabannya adalah cita rasa yang terus sama, sehingga menjadikan mereka makanan legenda.