VipBandarQ Lounge Perawatan hewan peliharaan nyaris serupa seperti perawatan terhadap anak sendiri. Terlepas dari kebutuhan jasmaninya, Perawatan hewan peliharaan juga membutuhkan perawatan untuk kesehatan mental mereka.
Sama seperti manusia, Perawatan hewan peliharaan mereka juga dapat menderita berbagai penyakit serta masalah psikologis. Untuk tujuan edukasi, Perawatan hewan peliharaan akan mempengaruhi masalah psikologisnya , dalam artikel ini akan membahas sepuluh masalah psikologis, yang dapat menyerang hewan peliharaan kita. Berikut daftarnya!
Depresi
Gangguan depresi sangat lekat dengan primata dan tikus, kemungkinan besar karena mereka selalu dijadikan subjek percobaan ilmiah. Beberapa hewan di kebun binatang juga sering menunjukkan gejala depresi seperti lesu, perilaku kompulsif, gangguan pada nafsu makan, dan kecenderungan untuk melukai diri sendiri.
Dilansir Pet Health Center, tindakan pertama pada hewan peliharaan yang mengalami depresi adalah menghilangkan penyebab medis yang mendasarinya. Baik depresi maupun rasa sakit fisik dapat memicu kecemasan di dalam diri hewan peliharaan, yang membuat mereka menarik diri dari interaksi sosial dan menunjukkan perilaku aneh lainnya.
Para dokter hewan setuju kalau kemungkinan depresi pada kucing jauh lebih kecil daripada anjing. Bagi mereka, gangguan yang sering dialami kucing adalah kecemasan.
Kecemasan
Stres adalah reaksi normal yang dikeluarkan hewan ketika lingkungan di sekitarnya mulai tidak kondusif. Penyedot debu, orang asing, dan pemilik yang berisik dapat membuat hewan peliharaan stres. Namun, beberapa hewan peliharaan akan mengalami stres yang jauh lebih parah daripada hewan lainnya. VipBandarQ
Jika seekor kucing merasa stres, mereka akan gemetar, bersembunyi, bersikap agresif, terus mengeong dengan keras, dan enggan masuk ke dalam kotak kotoran. Untuk anjing, ciri-cirinya nyaris serupa.
Gangguan tidur
Baik kucing maupun anjing dapat menderita gangguan tidur yang berbeda-beda. Misalnya narkolepsi, yang dapat menyebabkan mereka tertidur lelap dalam waktu yang lama, sleep apnea yang dapat merusak kualitas tidur, atau gangguan perilaku REM (Rapid Eye Movement) yang dapat menyebabkan anjing menabrakan diri ke dinding saat sedang tertidur.
Beberapa pemilik kucing juga sering mendeskripsikan kucing mereka sebagai penderita insomnia, walau hal ini sering kali menjadi kesalahpahaman tentang siklus tidur kucing. Kucing sendiri adalah hewan krepuskular, artinya mereka aktif di antara waktu senja dan subuh.
Melatonin, akupunktur, dan obat-obatan herbal dapat membantu mengatasi insomnia pada hewan, walau terkadang beberapa dokter hewan juga meresepkan diet khusus yang mengandung asam lemak omega-3 dan antioksidan yang tinggi.
Gangguan makan
Sulit untuk mengetahui apakah hewan peliharaan kita menderita gangguan makan seperti yang kita alami atau tidak, karena sangat sulit untuk memastikan dorongan mental dan emosional di balik kebiasaan makan mereka. Beberapa hewan bisa sulit makan, walau kucing dan anjing bisa makan secara terus menerus jika kita membiarkannya.
Namun, pernahkah kalian melihat hewan liar yang mengalami obesitas? Menurut beberapa dokter hewan, mereka terus menerus makan karena minimnya aktivitas harian. Berbeda dengan hewan liar, mereka tidak harus berburu untuk mendapatkan makanan di rumah.
Jadi, beberapa dokter menyarankan untuk mengalihkan dorongan makan mereka ke beberapa jenis aktivitas seperti berjalan-jalan di taman atau bermain dengan bola.
Gangguan pica
Sebagian besar pemilik kucing dan anjing mungkin memiliki cerita lucu tentang bagaimana hewan kesayangan mereka mengunyah atau mencakar perabotan rumah. Namun, ada hal yang patut diwaspadai dari perilaku ini. Saat hewan peliharaan terus memakan sesuatu yang bukan makanan, itu adalah gangguan yang disebut pica. VipBandarQ
Terlepas dari terminologinya, pica dapat berupa kecemasan biasa hingga gangguan yang dapat mengancam jiwa mereka. Jika disebabkan oleh kekurangan nutrisi atau masalah gigi, perawatannya cukup mudah. Namun, pica sering kali disebabkan oleh kebosanan atau kecemasan yang muncul karena berpisah dengan pemilik mereka.
Jika itu masalahnya, akan lebih sulit lagi untuk diobati.
Trikotilomania
Sama seperti manusia, yang sering mencabut rambut mereka sendiri ketika sedang stres, hewan peliharaan juga bisa mengidap trikotilomania. Trikotilomania sendiri adalah gangguan kompulsif yang menyebabkan penderita mencabut rambutnya secara tidak terkendali.
Bagi kebanyakan mamalia, termasuk anjing dan kucing, perilaku merawat diri seperti menjilat-jilat tubuh akan melepaskan hormon endorfin yang menenangkan.
Bahkan, hewan tak berambut seperti burung juga sering mencabut bulunya sendiri. Beberapa peneliti mengira kalau gangguan ini lebih menjadi masalah genetis.
Autisme
Beberapa peneliti juga terus meneliti apakah anjing bisa menderita autisme atau tidak.
Mungkin sangat menggemaskan ketika kita melihat seekor anjing berputar-putar untuk mengejar ekornya. Memang, tidak semua anjing mengejar ekornya, karena kebiasaan ini terkait dengan ras tertentu. Salah satu jenis anjing yang sering melakukannya adalah Bull Terrier.
Nicholas Dodman, seorang ahli perilaku hewan di Universitas Tufts, telah mengambil sampel darah anak-anak pengidap autisme dan Bull Terrier untuk menentukan apakah teori itu benar atau tidak.
Hasilnya, dua zat kimia yang terkait dengan autisme, neurotensin dan hormon pelepas kortikotropin, terdapat di dalam darah anjing Bull Terrier dan anak-anak itu. Tentunya, dalam kadar yang tinggi.
Alzheimer
Penuaan juga dapat menyebabkan banyak penyakit mental pada hewan peliharaan. Beberapa penyakit ini termasuk sindrom disfungsi kognitif atau CDS, sejenis demensia pada kucing dan anjing yang sangat mirip dengan alzheimer.
Besar kemungkinan kalau mereka juga akan melupakan pemilik mereka dan menganggap mereka sebagai orang asing.
OCD
Namun, seperti halnya manusia, OCD pada hewan juga sering berhubungan dengan obsesi dan kompulsi.
Kucing yang mengidap OCD mungkin akan terus mengeong dan membersihkan kotak kotorannya. Pada anjing, gejalanya hampir sama.
Sama seperti autisme, beberapa ras anjing juga lebih rentan terhadap OCD daripada ras umumnya. Menurut data dari National Geographic, sekitar 28 persen anjing Doberman Amerika memiliki masalah psikologis tersebut.
PTSD
PTSD, atau gangguan stres pascatrauma, adalah gangguan yang lahir dari peristiwa traumatis. Gangguan ini akan menampilkan serangan panik, kilas balik, dan gejala kecemasan lainnya. Selain manusia, gangguan ini juga bisa menyerang hewan peliharaan termasuk kucing dan anjing.
Khusus pada anjing, mereka sering mendapatkannya setelah menjalani dinas bersama militer atau polisi. Mereka akan mondar-mandir, mengulangi frasa yang mengherikan atau memanggil pemilik mereka yang sudah meninggal.
Tak hanya manusia saja, ternyata hewan juga bisa mengalaminya, ya. Untuk mengatasinya, kalian bisa membawanya ke dokter hewan lalu memberikan perawatan yang maksimal kepada mereka.