VIPBANDARQ LOUNGE – Jika sedang berwisata ke Korea Selatan dan belanja suvenir untuk oleh-oleh, jangan kaget jika yang melayani adalah warga negara Indonesia (WNI). Di Seoul misalnya, sejumlah mahasiswa di kota ini nyambi jaga toko untuk mendapat tambahan penghasilan.
Di Seoul ada sejumlah tempat yang bisa kamu kunjungi untuk belanja oleh-oleh, salah satunya di Migliore Dongdaemun, Seoul. Ini merupakan mal yang menjual pakaian, aksesoris, hingga suvenir bagi para wisatawan.
Ada hal yang cukup unik saat AGEN POKER berbelanja di Migliore Dongdaemun. Di salah satu toko suvenir yang kami sambangi, penjaganya ternyata perempuan yang merupakan WNI
“Itu harganya 5.000 WON (sekitar Rp 58.000-red), kak. Kalau ambil banyak harganya bisa lebih murah,” ujarnya ketika ditanya sebuah harga kaus bertuliskan Korea Selatan, Minggu (1/9/2019).
Ditanya lebih jauh, perempuan ini memperkenalkan dirinya sebagai Thalia Metta Halim (23). Anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku sedang mengambil S-2 di Korea Selatan.
“Saya asli dari Bandung,” ucapnya seraya tersenyum.
Thalia mengatakan, dirinya kuliah di Sejong University jurusan Hospitality and Tourism Management. Saat ini dia sudah semester tiga. Thalia sudah setahun ini tinggal di Korea Selatan. “Tahun depan lulus,” ucapnya.
Dikisahkan Thalia, dirinya sejak awal memang suka dengan hal-hal berbau Korea. Mulai dari makanan, budaya dan kota-kotanya, dan lain-lain. Karena itu, selepas lulus dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, Jawa Barat, dirinya langsung mengambil S-2 di Korea Selatan.
Dari semenjak kuliah S-1 memang aku sudah kepikiran untuk ambil S-2. Lalu kan aku mau ambil tourism, aku lihat juga di Korea lagi banyak juga turis-turis Indonesia, jadi mungkin kesempatan baik untuk aku belajar di Korea juga. Selain itu, dari dulu juga aku udah senang sama Korea, dari makanan, budaya, dan kotanya. Jadi aku pikir cukup oke untuk cari pengalaman baru,” kisahnya.
Thalia mengatakan dirinya sudah setahun tinggal di Korea Selatan. Dia tinggal di asrama yang disediakan kampus. Untuk membiayai hidup di negeri K-Pop ini, dia masih bergantung sebagian besar dari keluarga. Namun untuk mengurangi beban orang tua, sambil kuliah dia mencari tambahan dengan menjaga toko di mal.
“Awalnya aku memang sudah mencari-cari tempat untuk part time karena tidak mau terlalu membebani orang tua juga. Selain itu juga karena daripada kalau waktu kosong menganggur dan buang uang, jadi pengen cari kgiatan. Tapi sulit sekali untuk dapat parttime yang pas. Pada akhirnya ada temanku yang kerja di toko tersebut dan menawarkan kerjaan di situ karena lagi butuh orang juga,” ujar Thalia.
Thalia mengatakan, dirinya menjalani pekerjaannya tersebut dengan semangat, hitung-hitung sekalian memperlancar bahasa Korea. Dia mengaku belum fasih 100 persen berbahasa Korea, namun sudah lancar jika hanya sekadar percakapan sehari-hari. Dia mempelajari bahasa Korea dari drama Korea dan sempat ambil kursus sebelum meninggalkan Indonesia untuk kuliah.
“Jam kerjanya ya aku ngikutin peraturan di sini aja sih. Untuk mahasiswa bisa dapat maksimal 30 jam seminggu. Masuk kerja biasa setelah aku ngampus, aku kerja. Kalau shift pagi pulang jam 08.00. Kalau shift malam jam 00.00 pulang. Bagi waktunya sih aku sengaja ada hari aku kosong dan nggak kerja, dimana aku bisa kerjain tugas, dan pakai waktu itu untuk belajar,” jelasnya.
Thalia tidak mau menjawab gamblang saat ditanya berapa penghasilannya dari menjaga toko di mal tersebut. Gaji sih perjamnya sesuai dengan upah minimum di Korea saja. Uang tersebut ya aku pakai untuk tambah-tambahan saja bantuin ortu biayain hidup di sini dan beberapa ditabung juga,” ujarnya.
Thalia mengaku cukup betah tinggal di Korea Selatan karena bisa banyak mendapat pengalaman baru. Dia juga betah karena menilai tinggal di Korea Selatan aman, transportasi publiknya bersih dan nyaman dan makanannya menurutnya enak-enak.
“Nggak enaknya yah awalnya capek karena kemana-mana harus jalan, terus di asrama juga segalanya sendiri. Terus kalau mau bertemen sama orang sini harus bisa bahasa Korea sih. Kalau nggak, agak susah dapat teman orang sini. Aku punya banyak teman WNI di sini. Ada gereja Indonesia soalnya di sini. Jadi banyak teman WNI, lalu di kampus juga ada WNI,” kisahnya.
Thalia sendiri saat menjaga toko tampak cekatan melayani pembeli. Toko yang dia jaga menjual aneka suvenir mulai dari aneka kaus, gantungan kunci, tempelan kulkas, dan lain-lain. Dia mengatakan, ada cukup banyak WNI yang berbelanja di tokonya.
Dia mengaku ada banyak pengalaman unik dan berkesan saat menjaga toko. Baginya kerjaan sambilannya ini bukan hanya soal mencari penghasilan tambahan, namun juga pengalaman berharga. Selain mengasah bahasa Korea, dia juga mempelajari bisnisnya.
“Pengalaman unik sih ya paling pengalaman mengatasi konsumen yang lucu-lucu aja sih. He-he-he. Ada konsumen yang nggak percaya sama hitungan kalkulator, ada yang maksa minta diskonnya parah banget, ada yang belanjanya cuma duduk lalu nyuruh kita ambil ini itu, dan lain-lain. Serunya kerja di sini adalah aku belajar banyak tentang bisnis sih. Terus belajar juga gimana cara menguasai suatu hal baru dengan cepat, karena di Korea orangnya pengen kerjanya cepat. Selain itu banyak teman-teman WNI yang kerja di situ, jadi asyik juga,” ucapnya.