VIPBANDARLOUNGE – Fakta Penyakit Lupus Menular Lewat Seks. Lupus merupakan penyakit autoimun yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan dan organnya sendiri. Peradangan yang disebabkan oleh lupus bisa menyerang persendian, kulit, ginjal, sel darah, otak, jantung, dan paru-paru.
Lupus bisa menjadi sulit didiagnosis karena gejalanya menyerupai penyakit lain. Tak sedikit orang percaya penyebab penyakit lupus menular. Benarkah penyebab penyakit lupus bisa menular?
Sejumlah orang mengira penyebab penyakit lupus menular melalui darah, seks, sentuhan, atau bahkan udara. Kurangnya pengetahuan akan fakta penyebab penyakit lupus menular membuat orang salah kaprah memahami penyakit ini. Padahal, asumsi mengenai penyebab penyakit lupus menular bisa dipatahkan melalui penjelasan medis. Berikut penjelasannya yang dilansir dari vipbandarq.
Mengenal Penyakit Lupus
Lupus adalah penyakit autoimun. Gangguan ini membuat sistem kekebalan tubuh secara keliru berbalik dan menyerang jaringan tubuhnya sendiri. Sistem kekebalan melindungi tubuh dan melawan antigen, seperti virus, bakteri, dan kuman. Apa yang menyebabkan lupus masih belum diketahui.
Ketika seseorang memiliki kondisi autoimun, seperti lupus, sistem kekebalan tidak dapat membedakan antara zat yang tidak diinginkan, atau antigen, dan jaringan sehat. Akibatnya, sistem kekebalan mengarahkan antibodi pada jaringan sehat dan antigen. Ini menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan kerusakan jaringan.
Lupus dapat memengaruhi berbagai sistem organ dan bagian tubuh termasuk ginjal, darah, kulit, persendian, otak, jantung, dan paru-paru.
Faktor Utama Penyebab Lupus
Genetika
Lupus terkadang menurun dari keluarga. Seseorang yang memiliki kerabat lupus tingkat pertama atau kedua akan memiliki risiko lebih tinggi terkena lupus.
Lupus dapat terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit keluarga, tetapi mungkin ada penyakit autoimun lain dalam keluarga. Contohnya termasuk tiroiditis, anemia hemolitik, dan idiopatik trombositopenia purpura.
Lingkungan
Jika seseorang menderita lupus, faktor-faktor tertentu di sekitar dapat memicu gejala. Ini termasuk sinar ultraviolet dari matahari, infeksi seperti virus Epstein-Barr, dan paparan bahan kimia atau obat tertentu.
Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu. Peningkatan jumlah kasus dalam beberapa dekade terakhir disebabkan oleh paparan tembakau yang lebih tinggi.
Hormon
Lupus jauh lebih umum dialami wanita. Para peneliti menduga hormon wanita mungkin ada hubungannya dengan penyakit ini. Hormon yang dipercaya dapat memengaruhi lupus adalah estrogen.
Banyak wanita memiliki lebih banyak gejala lupus sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan ketika produksi estrogen sedang tinggi. Namun, hubungan antara estrogen dan lupus masih memerlukan serangkaian pembuktian yang tepat.
Apakah penyebab penyakit lupus bisa ditularkan?
Faktanya, anggapan mengenai penyebab penyakit lupus menular adalah salah. Menurut lupus.org, Lupus tidak menular, bahkan melalui kontak seksual. Seseorang tidak dapat tertular lupus dari seseorang atau menularkan lupus kepada seseorang.
Lupus bukanlah penyakit infeksius yang disebabkan oleh agen biologi seperti virus dan bakteri. Lupus berkembang sebagai respons terhadap kombinasi faktor-faktor baik di dalam maupun di luar tubuh, termasuk hormon, genetika, dan lingkungan. Infeksi, sinar matahari, dan obat-obatan seperti anti-kejang atau obat tekanan darah semua berpotensi memicu lupus.
Gejala penyakit lupus
klasifikasi standar untuk mengonfirmasi diagnosis lupus. Jika seseorang memenuhi 4 dari 11 kriteria, dokter akan mempertimbangkan bahwa sesorang mungkin menderita lupus. Underdiagnosis dapat terjadi karena tanda dan gejala lupus tidak spesifik. Maka dari itu masih diperlukan serangkaian tes lagi untuk mendiagnosis penyakit lupus.
Berikut 11 kriteria penyakit lupus:
– Ruam malar: Ruam berbentuk kupu-kupu muncul di pipi dan hidung.
– Ruam diskoid: Peningkatan bercak merah timbul.
– Fotosensitifitas: Ruam kulit muncul setelah terpapar sinar matahari.
– Radang mulut atau hidung: Biasanya tidak menyakitkan.
– Artritis non-erosif: Tidak menghancurkan tulang di sekitar sendi, tetapi ada kelembutan, pembengkakan, atau efusi pada 2 atau lebih sendi perifer.
– Perikarditis atau radang selaput dada: Peradangan memengaruhi selaput di sekitar jantung (perikarditis) atau paru-paru (radang selaput dada).
– Gangguan ginjal: Tes menunjukkan kadar protein atau seluler yang tinggi dalam urin jika seseorang memiliki masalah ginjal.
– Gangguan neurologis: Orang tersebut mengalami kejang, psikosis, atau masalah dengan pemikiran dan penalaran.
– Gangguan hematologis (darah): Anemia hemolitik hadir, dengan jumlah sel darah putih yang rendah atau jumlah trombosit yang rendah.
– Gangguan imunologi: Tes menunjukkan bahwa ada antibodi terhadap DNA beruntai ganda (dsDNA), antibodi terhadap Sm, atau antibodi terhadap kardiolipin.
– ANA Positif: Tes untuk ANA positif, dan orang tersebut belum menggunakan obat apa pun yang dapat menyebabkannya.Namun, bahkan sistem ini terkadang melewatkan kasus awal dan ringan.