VipBandarQ Lounge Dikarenakan pandemi penyakit virus corona baru (COVID-19), tahun 2020 adalah tahun yang lumayan berat untuk segala bidang usaha, terutama teknologi, karena penjualan dan roda produksi yang terpukul. Di sisi lain, Dikarenakan pandemi penyakit virus corona tahun tersebut juga adalah tahun yang amat penting untuk dunia teknologi dengan segala kemajuannya.
Dikarenakan pandemi penyakit virus corona kita melihat bahwa teknologi 5G untuk gadget tidak hanya terbatas pada yang high-end atau flagship saja. Smartphone kelas menengah menunjukkan taringnya, dan kita juga melihat produsen-produsen smartphone bersaing membuat smartphone lipat ala-ala flip phone pada 1990an!
Dikarenakan pandemi penyakit virus corona, Tren-tren tersebut mungkin berhasil memukau pada 2020. Tetapi, apakah pasar dan pencinta teknologi akan bisa dipuaskan dengan tren yang sama? Tentu tidak. Malah, di penghujung 2020, tren-tren tersebut malah semakin membosankan. Melansir Android Authority, inilah beberapa tren smartphone 2020 yang lebih baik terhenti pada 2021.
Memberi label “5G” di setiap produk
Sejak diumumkan pada April 2019 lalu, kata “5G” pada smartphone adalah fitur premium. Akan tetapi, sekarang, dukungan 5G sudah menjadi hal yang biasa di dunia (meskipun 5G belum menjangkau Indonesia), dan melihat 5G di smartphone malah menjadi hal yang tidak perlu!
Salah satu tren yang “menggelikan” pada 2020, adalah saat salah satu provider jaringan di AS, Verizon, menyematkan ungkapan “UW 5G” atau dukungan pita ultra-lebar (ultrawide) untuk koneksi 5G. Penamaan macam apa itu?!
Melapisi bagian smartphone flagship dengan plastik atau glasstic yang murah
Tidak masalah bila Samsung ingin menggunakan glasstic, lapisan plastik pada bagian belakang HP yang terasa seperti kaca. Tetapi, yang menjadi masalah adalah saat glasstic, yang sering berada di kelas menengah, juga ikut disematkan pada HP kelas atas. Contohnya? Samsung Galaxy Note 20!
Dengan harga belasan juta, para pelanggan lebih berharap Galaxy Note 20 untuk memberikan lapisan lain yang lebih high class dibandingkan glasstic yang biasa pada lini Galaxy mid-range. Daripada plastik yang terasa seperti kaca, mengapa tidak “kaca” saja. VipBandarQ
Selain itu, daripada mengurusi lapisan plastik atau glasstic, alangkah lebih baik jika Samsung mengurus spesifikasi HP-nya agar benar-benar memuaskan dan sesuai dengan harganya. Betul apa betul?
Menyematkan kamera 2 MP di belakang? Buat apa?
Kemudian, salah satu tren yang santer namun mulai memuakkan adalah menyematkan sensor kamera 2 MP yang bertugas sebagai lensa macro atau depth pada jajaran kamera belakang.
Selain berkualitas rendah, terlihat ini hanya “akal-akalan” produsen smartphone, dari Xiaomi dan Poco, Oppo dan Realme, hingga Samsung, untuk membuat kamera seolah-olah “banyak”. Kalau tujuannya membuat kamera belakang menjadi empat/quad, ya mereka berhasil. Kualitas? Tidak berubah banyak!
Daripada mengurus jumlah, lebih baik mereka mengurus kualitas kamera smartphone-nya. Jadi, lebih baik tingkatkan kinerja kamera utama, lensa ultra-wide, hingga macro itu. Kalaupun mereka bersikeras menawarkan lensa 2 MP sebagai lensa macro atau depth, mohon tingkatkan kinerjanya untuk menangkap gambar secara close up secara jelas.
Pengisian berbasis kabel yang lambat pada flagship
Tahun lalu, HP flagship seperti OnePlus 8T dan Xiaomi Mi 10 Ultra membanggakan pengisian daya berbasis kabel yang cepat, yaitu masing-masing 65W dan 120W! Kurang dari sejam, baterai sudah 100 persen! Selain mereka berdua? Jarang kita mendengar HPkelas atas yang menawarkan kecepatan recharge seperti itu.
Di harganya, HP flagship seperti Apple iPhone 12 Pro Max atau Samsung Galaxy Note 20 Ultra mengusung kecepatan pengisian hanya 20W dan 25W masing-masing! Lho? Xiaomi Poco X3 NFC saja mendukung 33W. Sudah saatnya mereka mendongkrak kecepatan pengisian daya di 2021 agar sesuai fitur dan keefektifannya sesuai dengan harganya!
Memang, kekhawatiran pengisian cepat/fast-charging dapat menurunkan usia baterai santer di kalangan masyarakat. Tetapi, HP masa kini pun juga sarat dengan fitur yang membuat baterai menurun dengan cepat! Lagi pula, seiring waktu, usia baterai pun, tidak terelakkan lagi, akan mengalami penurunan. VipBandarQ
Komitmen pemutakhiran sistem yang setengah-setengah
Sebelumnya, Google sudah berkomitmen untuk menawarkan update sistem Android bertahap selama 3 tahun untuk seri Pixel. Samsung pun juga ikut menawarkan komitmen yang sama untuk beberapa smartphone-nya.
Di sisi lain, OnePlus yang hanya berkomitmen pada satu update pada seri Nord N10 dan N100, sementara Motorola juga hanya menjanjikan satu update dan itu untuk Motorola Edge+! Setelah mendengar kritik dan saran, akhirnya Motorola mengubah komitmennya menjadi dua update.
Saat ini, COVID-19 masih berkecamuk dan kondisi ekonomi pun tidak menentu. Karena itu, lebih baik di 2021, mereka mengubah komitmen update sistem sehingga konsumen pun juga tidak menderita dampaknya.
Harga mahal untuk smartphone flagship
Produsen-produsen HP yang merilis seri flagship-nya tahun lalu pasti terpaksa harus membanderol harga-nya setinggi langit!
Selain itu, adanya embel-embel koneksi “5G” turut mendongkrak harga HP. Meskipun agak “senang” dengan rilisnya HP kaya fitur, namun harganya bisa bikin “gigit jari”.
Ya, hal itu mungkin bergantung dari waktu berakhirnya pandemi ini. Semoga saja pandemik COVID-19 cepat berakhir dan roda produksi kembali mulus.
Mementingkan kuantitas daripada kualitas
Pada 2020, kita menyaksikan tren saat produsen HP merilis banyak lini HP dengan fitur yang beda tipis dengan lini utamanya. Sama saja bohong, dong?!
Sebagai contoh, pertimbangkan kinerja lini Realme Narzo dengan jajaran smartphone mid-range utama Realme (kecuali seri X). Selain Narzo, kami pun juga melihat hal yang sama pada Xiaomi Redmi 9 yang berjejer dari versi biasa, A, sampai C. Haruskah sebanyak itu? Toh, kinerjanya pun 11-12 dengan perbedaan harga yang tidak begitu jauh.
Nah, di tahun 2021, butuh lebih dari sekadar perubahan merek saja untuk para produsen HP agar dapat memikat pelanggan! Itulah tren-tren smartphone yang ingin kami lihat berubah pada 2021. Intinya, daripada mengubah yang kecil-kecil, lebih baik ubah kinerja HP agar pelanggan puas dengan harganya!
Dari tren-tren tersebut, adakah yang menurutmu biasa saja? Atau, kami ketinggalan beberapa tren yang sebenarnya menurutmu cukup menyebalkan di tahun lalu? Berbagi di kolom komentar, ya!