VIPBANDARQ-Kala itu tahun 1955, kakeknya mengikuti program transmigrasi dari Pak Soekarno. Kondisi kawasan Transmigrasi Sidomulyo saat itu masih hutan belantara. Cerita Pak Tukirin dari Keluarga Transmigrans Jawa
Salah satu cara pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran adalah program transmigrasi. Cerita Pak Tukirin dari Keluarga Transmigrans Jawa
Rupanya, program yang sudah ada sejak era pemerintahan Presiden Soekarno ini benar-benar nyata mampu menaikkan taraf hidup warga.
Baru-baru ini sebuah sebuah video Tiktok mengunggah kisah sukses seorang transmigran keturunan warga Yogyakarta. Pria itu kini bahkan menjadi ‘sultan’ di Kalimantan.Cerita Pak Tukirin
Video berdurasi 8 menit 5 detik itu diunggah oleh akun @jebres3. Dalam video itu tampak seorang pria melakukan penelusuran ke salah satu rumah mewah di Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat.
Tampak rumah tersebut memiliki halaman yang sangat luas. Bahkan untuk masuk ke pintu utama, harus melewati jalan pribadi selebar 4 meter dengan panjang kurang lebih 10 meter.
Desain rumah transmigran tersebut sangat mewah dan megah. Dari kejauhan terlihat seperti perpaduan istana, vihara dan masjid.
Masalahnya, selain pintu gerbang berbentuk pendapa, di atas atap bangunannya tampak ada perpaduan stupa dan kubah.
Tampak juga sebuah bangunan mirip menara dengan banyak jendela di samping bangunan utama. Di atap bangunan mirip menara itu terdapat hiasan mirip kubah.
Hal unik dan menarik lainnya dari rumah mewah bak istana ini adalah desain pintu utamanya yang berbentuk gunungan seperti di wayang kulit.
Memasuki halaman rumah dan berjalan lurus, kita akan menemukan garasi terbuka yang cukup memuat dua mobil.
Saat itu, di garasi terparkir sebuah mobil sedan mewah. Sementara di sudut belokan menuju pintu utama tampak sebuah motor matic merah.
Saat masuk pintu utama, di sebelah kanan ada ruang khusus untuk menyimpan berbagai perlengkapan pertunjukkan wayang kulit. Mulai dari gong, kenong, kempul, saron, gambang, hingga kelir.
Begitu masuk rumah tersebut, terlihat ruang tamu yang sangat luas. Ruang tamu itu berisi berbagai macam perabotan yang hampir semuanya berbahan kayu dan bergaya seni tradisional Jawa.
Pengunggah video kemudian ditemui seorang pria dengan busana yang sangat kental dengan adat Jawa. Pria tersebut bernama Pak Tukirin, pemilik rumah paling mewah di Desa Limbung.
Pak Tukirin kemudian bercerita panjang lebar tentang dirinya dan keluarganya. Menurut Pak Tukirin, dulunya rumah mewah itu adalah kawasan program Transmigrasi Sidomulyo.
Pak Tukirin mengaku dia adalah generasi ketiga keluarga transmigran dari Yogyakarta ke Kalimantan. Katanya, yang transmigrasi itu adalah kakeknya. Sedangkan dia lahir dan besar di Kalimantan.
” Transmigrasi sekitar tahun 1955, zaman Pak Soekarno dulu. Jadi yang transmigrasi mbah saya. Sementara bapak ibu saya masih remaja saat transmigrasi,” kata Pak Tukirin.
Karena lahir dan besar di Kalimantan, Pak Tukirin menyebut dirinya adalah orang berdarah Jawa dengan daging Pontianak alias Jawa Pontianak.
” Air yang kita minum air Kalimantan. Udara yang kita hirup Kalimantan. Hanya darahnya saja yang asalnya Jawa,” tambah pria tersebut.
Pak Tukirin kemudian menceritakan bagaimana leluhurnya membuka hutan saat mengikuti program transmigrasi di zaman Presiden Soekarno.
Berdasarkan cerita leluhurnya, kala itu tahun 1955, kakeknya mengikuti program transmigrasi. Kondisi kawasan Sidomulyo saat itu masih hutan belantara.
” Dapat satu rumah dari batang kayu. Dindingnya kayu, lantainya kayu, atapnya daun nipah, lahannya masih batu-bata besar,” kenangnya.
Saat itu rumah transmigrasi yang disediakan jauh dari layak huni. Maklum, tahun itu masih permulaan pembangunan pemerintah karena baru 10 tahun Indonesia merdeka.
Kata Pak Tukirin, pemerintah juga memberikan jatah untuk hidup selama 10 tahun bagi warga transmigran. Keluarganya dapat beras, ikan asin, dan juga bulgur.
Pak Tukirin mengaku meski dia lahir dan hidup di Kalimantan tapi tetap berkomitmen untuk melestarikan tradisi Jawa.
Bahkan rumah mewah dua lantainya juga terinspirasi dari budaya Jawa, dengan mengambil konsep rumah klasik minimalis.” Sebenarnya kita memang ingin melestarikan tradisi Jawa. Dulu kan Jawa dari nonmuslim, kemudian Mataram muslim. Jadi, rumah ini kombinasi sejarah dari keyakinan leluhur. Makanya ada kubah seperti dalam arsitektur masjid,” pungkas Pak Tukirin.