VIpbandarQ Register Air Liur Bisa Dijadikan Sampel untuk Mengetahui Sisa Umur Manusia. Sebuah tes canggih memiliki kemampuan untuk memberi tahu seseorang tentang usia biologisnya hanya dengan menggunakan sampel air liur.
Metode baru ini di klaim di klaim secara akurat memperkirakan jumlah tahun yang tersisa dalam hidup seseorang.
‘Mengukur usia’ dalam istilah ini tidak memperhitungkan kondisi sel atau kesehatan tubuh seseorang secara keseluruhan. Perusahaan teknologi kesehatan bernama Elysium Health menyebut telah menemukan cara menghitung umur dengan tes “usia biologis”.
Tes itu di katakan bisa menghasilkan wawasan yang lebih akurat tentang berapa banyak waktu yang tersisa bagi seseorang untuk hidup.
Di jelaskan bahwa sebuah tes di lakukan dengan cara mengukur “telomer” sel pasien,
yang mana merupakan tutup untaian DNA yang dapat di buang atau terpotong ketika sel bereplikasi.
Seiring bertambahnya usia, panjang telomer memendek, sehingga menyebabkan tanda-tanda penuaan dan kerentanan terhadap penyakit.
Dalam hal ini Elysium Health menawarkan tes usia biologis dengan biaya USD 499 atau sekitar Rp 7,5 juta,
menguji lebih dari 100.000 “pola metilasi” dalam DNA pelanggannya.
Hasilnya adalah pandangan ke dalam “jam epigenetik” seseorang–usia mereka berdasarkan analisis biokimia DNA-nya.
Rangkaian tes itu tidak bertujuan untuk membalikkan efek penuaan, tetapi hasilnya dapat mengubah perspektif seseorang tentang masa depan mereka.
Seorang anak dari pelanggan Elysium yang di uji mengatakan kepada The Guardian, tes tersebut sangat melegakan baginya,
karena bisa memberinya harapan baru tentang perencanaan hidup.
“Mengetahui seberapa cepat dia benar-benar menua, itu memberinya rasa baru tentang dirinya dan bagaimana dia harus hidup dalam dekade mendatang,” kata Elysium.
Artikel yang sama mengutip salah satu akademisi di balik metode alternatif pengukuran usia yang menyebut
bahwa usia biologis adalah prediktor risiko morbiditas yang lebih baik daripada usia kronologis.
Studi: Kemampuan Penciuman Manusia Makin Pudar Seiring Bertambah Usia
Di sisi lain, indera penciuman manusia secara bertahap akan memudar, menurut sebuah penelitian yang menemukan
bahwa orang membawa versi berbeda dari dua reseptor aroma.
Reseptor penciuman mendeteksi bahan kimia di udara yang masuk ke hidung kita, tetapi reseptor penciuman sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain.
Setiap dua orang, rata-rata, akan memiliki perbedaan fungsional di lebih dari 30 persen gen reseptor bau mereka, sebuah studi mengungkapkannya pada tahun 2013.
Temuan ini menjelaskan mengapa beberapa orang mungkin menemukan bau yang menyengat atau menyenangkan yang bahkan tidak dapat di
deteksi oleh orang berikutnya, demikian di kutip dari laman sciencealert, Sabtu (5/2/2022).
Dalam studi, Bingjie Li dari Institut Nutrisi dan Kesehatan Shanghai dan rekannya meminta 1.000 orang Tionghoa Han dan 364 orang yang berbeda etnis dari
New York untuk mencium 10 aroma, termasuk dua aroma yang sering di rasakan orang secara berbeda atau tidak sama sekali.
Apa yang mereka temukan mendukung hipotesis lama bahwa indera penciuman
manusia menurun seiring waktu karena perubahan gen yang mengkode reseptor penciuman kita.
Namun, tidak semua orang setuju dengan hipotesis itu.
Peserta menilai intensitas bau pada skala 100 poin, dan para peneliti melihat variasi genetik dalam gen penciuman mereka,
berharap menemukan perubahan yang terkait dengan bagaimana orang merasakan aroma.
“Membandingkan variabilitas persepsi ini dengan variabilitas genetik memungkinkan kita untuk mengidentifikasi peran reseptor bau tunggal,” tulis Li dan rekannya.
Perkuat Temuan
Tim mengidentifikasi dua reseptor bau baru: satu yang merasakan Galaxolide – bau bersih, manis dan bubuk yang di gunakan dalam banyak wewangian. Air Liur Bisa Dijadikan Sampel untuk Mengetahui Sisa Umur Manusia
Dan satu lagi yang mendeteksi bahan kimia yang di sebut 3M2H, satu dari sekitar 120 senyawa yang membentuk bau badan manusia.
Penasaran, Li dan rekannya memeriksa dua perubahan genetik yang baru ditemukan ini, dan 27 mutasi terkait bau lainnya yang diketahui, membandingkan
usia seseorang dengan setiap mutasi yang masuk ke dalam genom kita dan apakah perubahan itu
dianggap membuat reseptor penciuman manusia kurang atau lebih sensitif terhadap bau.
“Merangkum semua variasi genetik yang diterbitkan yang berhubungan dengan persepsi bau, kami menemukan bahwa individu dengan versi leluhur reseptor cenderung menilai bau lebih intens,” tulis para penulis,
menambahkan bahwa bukti ini menunjukkan indera penciuman manusia telah memudar seiring bertambah usia.
VIpbandarQ Register
BINGUNG MAU DEPOSIT TAPI ATM JAUH ?
MANFAATKAN E-WALLET ATAU PULSAMU SEKARANG JUGA !
DEPOSIT MUDAH DAN NYAMAN TANPA RIBET
HANYA DI VIPBANDARQ, GABUNG SEKARANG JUGA !
MENERIMA DEPOSIT SELURUH BANK YANG ADA DI INDONESIA !
📱 VIA PULSA TELKOMSEL & XL POTONGAN TERMURAH !
📞 WA : +6281381734654 /bit.ly/vipsuper8aaa