5 Sikap Bijak saat Nilai Pelajaran Anak Turun5 Sikap Bijak saat Nilai Pelajaran Anak Turun
BANDAR66 – 5 Sikap Bijak saat Nilai Pelajaran Anak Turun. Mendekati waktu ujian semester atau ujian kenaikan kelas, bukan cuma anak yang harus mempersiapkan diri. Orangtua juga demikian, dalam hal ini untuk menerima hasil belajar anak nanti. Meski orangtua mengharapkan hasil yang terbaik, hindari menjadikannya beban buat anak.
Kalau ternyata beberapa nilai pelajarannya menurun, kita gak boleh menunjukkan kekecewaan di depan anak. Sebab, itu akan memperburuk perasaannya. Tetaplah mengapresiasi usaha anak seperti dengan melakukan lima hal berikut ini.
1. Jangan menyalahkan apalagi memarahi anak
ilustrasi anak belajar
Tanpa orangtua menyalahkan atau memarahi anak, ia pasti sudah merasa terbebani. Sedikit banyak anak tentu sedih dengan penurunan nilainya. Khususnya, jika selama ini anak termasuk berprestasi di sekolahnya.
Jangan memperdalam kesedihan anak dengan sikap yang tidak bijaksana. Penurunan maupun kenaikan nilai mata pelajaran sesungguhnya dapat terjadi pada semua siswa. Hindari berlebihan dalam menyikapinya.
2. Evaluasi bersama tentang penyebabnya
ilustrasi anak belajar
Walaupun orangtua gak boleh panik melihat hasil belajar anak yang gak sebagus semester sebelumnya, evaluasi tetap di perlukan. Harapannya, penyebab dari penurunan nilai anak dapat di ketahui dan di atasi. Dengan begitu, nilainya gak terus menurun di semester atau kelas berikutnya.
Inilah pentingnya orangtua tidak bersikap menakutkan di depan anak. Jangan sampai anak tak berani terbuka pada orangtua mengenai kesulitan-kesulitan yang di alaminya. Terkadang, penyebab turunnya nilai anak bukan cuma dari dalam dirinya. Bisa pula pengaruh pergantian guru atau ia ada masalah dengan teman-temannya.
3. Menyemangati anak
ilustrasi anak belajar
Kalau nilai turun, semangat anak dalam belajar biasanya juga terpengaruh. Ada rasa kurang percaya diri ketika ia melihat teman-teman yang lebih unggul. Orangtua mesti membantu anak buat mendapatkan kembali semangat belajarnya.
Namun, semangat di sini jangan cuma di artikan sebagai anak harus mengejar nilai yang lebih tinggi. Itu bakal terasa memberatkannya. Lebih baik menekankan nasihat pada ketekunan dalam belajar, apa pun hasilnya nanti.
4. Nilai mapel gak dijadikan satu-satunya tolok ukur keberhasilan
ilustrasi bermain biola
Jangan sampai orangtua menyulitkan anak dengan pandangan yang sempit. Seakan-akan orang sukses pasti sejak kecil selalu meraih nilai tinggi di sekolah. Padahal, bidang kesuksesan sangat luas.
Contohnya, orang yang akhirnya mendalami sastra tidak membutuhkan nilai matematika yang tinggi. Atlet juga lebih memerlukan ketahanan fisik daripada nilai bagus dalam pelajaran selain olahraga. Lihat potensi dalam diri anak biar kita tak menjadikan nilai pelajaran sebagai satu-satunya tolok ukur keberhasilan.
5. Mendiskusikan les yang akan diambil semester depan
ilustrasi ibu dan putrinya
Anak perlu di libatkan dalam pengambilan keputusan terkait les. Orangtua hanya dapat melihat nilai-nilai pelajaran anak. Akan tetapi, anak yang paling tahu kesulitan yang di alaminya.
Toh, bila anak tidak setuju di ikutkan suatu les, kita masih bisa mengajaknya berdiskusi. Misalnya, anak yang benci matematika gak mau ikut les pelajaran tersebut. Orangtua dapat menghibur sembari memengaruhi anak.
Katakan bahwa les matematika gak di maksudkan agar ia menjadi juara dalam pelajaran tersebut. Cukup supaya nilai matematikanya tak terlalu rendah. Dengan begitu, anak tidak kesulitan buat naik kelas.
Sulit untuk anak selalu mempertahankan apalagi meningkatkan nilai pelajarannya selama masa sekolah. Walaupun orangtua punya kewajiban buat terus memotivasi, kita juga perlu membiasakan diri dengan hal ini. Nilai gak selalu tinggi tidak apa-apa asalkan anak tetap mau belajar.