VipbandarQ Lounge
Kisah Seniman Visual Kabar membanggakan datang dari Australia, sejumlah orang Indonesia ternyata pernah berada di balik film-film favorit besutan Netflix maupun garapan Marvel.
Beberapa seniman ‘visual effects’ asal Indonesia ini berhasil menembus layar industri perfilman Australia, di saat masalah gaji dan waktu kerja masih jadi tantangan mereka yang di dalam negeri.
Adalah Nathania Calosa Nema yang kini bekerja sebagai seniman efek visual, ‘VFX compositor’, di Kota Adelaide. Gadis asal Semarang ini tak disangka merupakan seniman efek visual asal Indonesia ini di balik film Elvis, serial Netflix berjudul Man vs. Bee, dan film produksi Marvel yaitu Thor: Love and Thunder.
“Ini adalah mimpi yang jadi kenyataan, saya dari dulu sudah pengen banget,” katanya seperti dikutip dari ABC Indonesia, Minggu (2/10/2022).
“Berhubung saya pasti mau bertahan di industri ini, saya berharap bisa naik level dari junior ke mid dan lama-lama senior untuk bisa bantu yang junior.”
Menurut Osa, panggilan akrabnya, industri perfilman di Australia saat ini sedang maju.Karenanya tidak heran jika Pemerintah Australia memberikan visa bagi pekerja industri film, televisi, dan lainnya di dunia hiburan.
Osa sendiri menggunakan visa jenis ‘Entertainment Activities stream’ yang masa berlakunya maksimal dua tahun.Visa ini sudah ada di Australia sejak tahun 2016, dan dulunya merupakan visa subclass 420 yang mengikuti aturan migrasi tahun 1994.
Untuk mendapatkan visa ini, ia harus menyertakan bukti kontrak kerja dengan perusahaan di Australia.
Kementerian Dalam Negeri Australia mencatat sudah memberikan 137 visa jenis ini di periode 2018-2019 dan 44 visa di periode 2021-2022.
“Pelamar Amerika Serikat adalah pengguna terbanyak visa ini,” kata juru bicara departemen ;tersebut kepada ABC Indonesia.Namun, Departemen Dalam Negeri Australia tidak melaporkan jumlah pelamar visa tersebut.
Kisah dari Warga Malang
Kisah Seniman Visual Sementara itu, sudah 15 tahun Davi Soesilo, warga asal Malang berkiprah di industri perfilman Australia.
Ia sudah pernah mengambil beberapa bagian dalam produksi film, termasuk memegang kamera dan akting, ;namun kebanyakan mengerjakan ‘visual effects’ di lokasi syuting.
“Saya menjadi penghubung di set sama post-production,” kata Davi.
“Jadi saya mengambil foto background, objek, orang, dan semua informasi untuk pengolahan film atau post-production … dan kita koordinasi seberapa persen [set] yang dibangun asli dan berapa yang harus di post-production.”
Davi sudah pernah terlibat dalam puluhan film, yang di antaranya adalah nama besar, seperti Thor: Love and Thunder, Shang-Chi and the Legend of Ten Rings, Mortal Kombat, Murder on the Orient Express, dan The Wolverine.
Perjumpaan dengan aktor dan aktris juga sudah jadi hal biasa bagi Davi.
Tapi tetap saja, ia kadang masih tidak percaya melihat mereka yang biasanya hanya dari layar kaca,; seperti Tony Leung Chiu-wai, Natalie Portman dan Hugh Jackman kini menjadi rekan kerjanya.
Kesempatan bertemu mereka di manfaatkan Davi bertukar pikiran, termasuk dengan sutradara.
Menurutnya, beberapa dari mereka bahkan “asik di ajak ngomong.”
Bermain Basket dengan Aktor Film Shang Chi
Kisah Seniman Visual Di sela-sela syuting, ;pria asal Malang tersebut juga pernah bermain basket dengan aktor Simu Liu, yang berperan dalam film Shang Chi.
“[Momen berkesannya] mungkin yang waktu syuting Shang Chi saya diminta untuk menjadi Morris, binatang CGI. Jadi saya harus pakai tongkat atau main boneka pakai tali supaya aktornya bisa akting bersama dia,” katanya.”Kebetulan di adegan itu syuting bersama Ben Kingsley, Michelle Yeoh, dan Simu Liu,; dan karena saya S1-nya Teater, ya akhirnya bisa main teater lagi.”
Usaha untuk mendapat pengalaman
Tapi perjuangan Osa dan Davi untuk bisa sampai ke titik ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Osa yang pernah kuliah di Selandia Baru juga sempat bekerja part-time di kafe,; sebelum akhirnya mendapat proyek Power Rangers Breast Morphers dan Power Rangers Dino Fury.
Selain itu, Davi pernah bekerja sebagai tukang cat bangunan, perawatan gedung, hingga aktor ekstra film.
Ia pun sampai pernah pindah ke Bangladesh untuk bekerja di bidang ‘post-production’ film,; sembari membantu organisasi nirlaba dan gereja di sana.
“Segala hal dilakukan untuk bertahan sampai dapat kerja [yang diinginkan],” ujar Davi.
Menurutnya, kunci untuk bisa bekerja di industri tersebut adalah dengan menambah keterampilan sebanyak mungkin.
“Pokoknya pengalaman tetap di tambah, sehingga pas ada kesempatan, perusahaan akan berpikir, ‘Oh, orang ini sudah mengerjakan semua’,” katanya.
Sementara itu, Osa menekankan pentingnya membangun jaringan atau ‘network’ dengan pelaku industri tersebut.
“Kalau tidak mengirim ‘showreel’ [portfolio], mengirim email, berhubungan dengan orang di LinkedIn, tanya feedback ‘showreel’, mereka enggak mungkin tahu kita ada,” kata Osa.
“Setelah melihat situs perusahaan yang membuka lowongan, bisa buka LinkedIn, kasih tahu HRD bahwa kita sudah apply.”
VIpbandarQ Register
BINGUNG MAU DEPOSIT TAPI ATM JAUH ?
MANFAATKAN E-WALLET ATAU PULSAMU SEKARANG JUGA !
DEPOSIT MUDAH DAN NYAMAN TANPA RIBET
HANYA DI VIPBANDARQ, GABUNG SEKARANG JUGA !
MENERIMA DEPOSIT SELURUH BANK YANG ADA DI INDONESIA !
📱 VIA PULSA TELKOMSEL & XL POTONGAN TERMURAH !
📞 WA : +6281381734654 /bit.ly/vipsuper8aaa