5 Alasan Perlunya Anak Memiliki Kamar Tidur Sendiri Idealnya, setiap anggota keluarga memang memiliki kamar masing-masing. Apalagi saat anak beranjak remaja. Namun faktanya, ini kerap menjadi masalah yang tidak mudah diatasi lantaran penghuni rumah lebih banyak ketimbang ruangan yang tersedia. POKER ONLINE
Bahkan ada rumah yang tidak punya kamar tidur sehingga seluruh anggota keluarga tidur di satu ruangan. Nah, jika masih memungkinkan, penting sekali agar anak bisa memiliki kamarnya sendiri. Berikut lima alasannya.
1. Biar anak cepat berani tidur sendiri
Gak mudah lho, untuk melatih anak agar berani tidur sendiri. Terlebih jika tidak dibiasakan sejak kecil. Bahkan sampai ia remaja dan tubuhnya menjulang pun bisa tetap gak mau tidur sendiri.
Masa sampai dewasa akan tidur bersama kedua orangtua? Gak mungkin, kan? Oleh sebab itu, sebaiknya sejak awal pasangan suami isri sudah mempertimbangkan kamar yang perlu disiapkan untuk anak-anak mereka kelak sebelum membeli atau membangun rumah.
2. Biar anak belajar mandiri dengan merapikan kamarnya
Selain supaya anak berani tidur sendiri, orangtua juga selalu punya PR besar untuk mengajarkan kemandirian pada anak. Salah satu cara yang termudah tentu dengan memintanya membersihkan kamarnya sendiri.
5 Alasan Perlunya Anak Memiliki Kamar Tidur Sendiri
Bayangkan kalau anak terus tidur satu kamar dengan orangtua. Sudah pasti orangtua yang akan membersihkannya. Anak tinggal menikmati hasilnya atau justru berbuat kurang baik seperti sengaja kembali mengotorinya.
Kalaupun anak ingin mencoba mengerjakan tugas beres-beres kamar, justru orangtua yang menolak karena khawatir anak berbuat kurang hati-hati dengan barang-barang orangtua. Kapan anak akan mandiri bila begini?
3. Biar anak lebih berkonsentrasi saat belajar
Jika anak memiliki kamar tidur sendiri, orangtua dapat sekalian menempatkan meja belajar di sana. Bahkan rak untuk perpustakaan kecilnya. Anak jadi gak perlu lagi belajar di ruang tengah, tempat anggota keluarga yang lain sedang menonton televisi.
Dijamin anak bakal lebih mampu fokus dengan pelajarannya. Apalagi selama ia belajar daring. Bila anak terus sekamar dengan orangtua, nanti malah berebut meja dengan orangtua yang juga WFH.
4. Anak yang beranjak remaja juga butuh privasi, lho
Memasuki masa remaja, anak akan merasa sangat tidak nyaman kalau masih harus sekamar dengan orangtua. Dia mungkin ingin memasang poster bintang-bintang idolanya. Sedang orangtua mana mau dinding kamarnya dipenuhi poster seperti itu?
Jangankan sekamar dengan orangtua, sekamar dengan adik atau kakak saja biasanya sudah enggan. Kalaupun ia harus tetap sekamar dengan salah satu saudaranya, usahakan mereka berjenis kelamin sama, ya!
5. Bukan cuma anak, orangtua juga punya privasi, kan?
Anak yang beranjak remaja ingin memiliki privasi, orangtua pun demikian. Kebutuhan akan kamar yang terpisah menjadi makin tak terelakkan. Jangan sampai anak tak sengaja melihat orangtua yang sedang berhubungan seks, ya!
Selain orangtua akan malu dan kesulitan menjelaskannya pada anak, anak juga bisa trauma, lho! Kurangnya pemahaman anak malah dapat membuatnya mengira ayah sedang menyakiti ibu atau sebaliknya.
Bahaya lainnya, anak menjadi terlalu cepat dewasa. Usianya masih belia, tetapi pikirannya sudah dipenuhi adegan seksual kedua orangtuanya. Mengerikan sekali bukan?
Oleh karena itu, saat kita memutuskan menikah, kita harus benar-benar memikirkan tempat tinggal yang layak. Apabila rumah orangtua atau mertua sudah terlalu banyak penghuninya, kita harus berani mengontrak atau mencicil rumah dengan kamar yang memadai.
BACA JUGA YUK : Kata-Kata Mutiara Nikita Mirzani buat Netizen Penganut Ikoy-ikoyan Arief Muhammad: Mau Duit? Kerja Woy