Eksekusi para pengedar narkoba tanpa memandang bulu, perang brutal melawan narkoba yang lenyapkan ribuan nyawa.
Keberadaan para pengedar narkoba semakin meresahkan di negara Filipina tentunya dirasakan pula oleh pemimpinnya Rodrigo Duterte.
Tanpa ada ampun pemimpin berusia 75 tahun itu mengambil kebijakan yang terbilang keras, untuk menangani masalah ini.
Kelak, kebijakannya ini dikenang sebagai salah satu aksi yang brutal yang pernah ada di Filipina.
Jalan kekerasan yang dipilih oleh Duterte dengan menyatakan perang pada pengedar narkoba lewat oprasi bernama Double Barrel.
Dalam menjalankan kebijakannya, aturan itu tak pilih kasih dan tak pandang bulu.
Jika terbukti terlibat narkoba, merka akan langsung dibunuh. Bahkan korbannya juga banyak dibiarkan bergelimpangan dijalanan.
“Operation Double Barrel” adalah perang brutal melawan narkoba di Filipina.
Setelah kebijakan “Operation Double Barrel” diadakan, pernag narkoba itu sudah memakan korban sebanyak 4.800 orang.
Duterte yang terpilih pada 30 Juni 2016 sebagai presiden Filipina itu, menempuh langkah keras guna menekan peredaran narkotika ditengah masyarakat.
Kebijakan keras ala Duterte ini menjadi sorotan HAM Internasional
Tingginya korban yang berjatuhan membuat kebijakan Duterte itu jadi sorotan oleh Human Rights Watch, karena adanya dugaan pelanggaran HAM.
Dimana “Operation Double Barrel” sering diwarnai dengan tindaan pembunuhan semena-mena atau extrajudicial killing oleh polisi atau tentara.
Ribuan nyawa melayang dengan tubuh yang dibiarkan saja dijalan
Aksi di lapangan sangat mengerikan. Mayat dari mereka yang terkait dengan kegiatan narkotika dan sejenisnya dibiarkan bergelimpangan dijalan.
Oprasi yang menyasar daerah kumuh ibu kota Manila hingga pemukiman urban itu memang tak pandang bulu.
Baik usia remaja, dewasa, sampai tua, dibabat habis jika dianggap terlibat tentang kasus narkoba.
Aksi pemerintah yang didukung penuh oleh rakyat Filipina
Meski dianggap sudah membunuh banyak orang lewat perang narkoba itu, kebijakan Duterte rupanya mendapat dukungan dari masyarakatnya.
Bagi mereka, apa yang dilakukan oleh Duterte dirayakan sebagai bentuk perlawanan pada kejahatan yang selama ini sulit disentuh.
Kebijakan seperti Duterte ini juga pernah terjadi pada masa orde baru Indonesia.
Indonesia dibawah pemerintah Orde baru juga sempat melewati masa-masa kelam seperti yang dilakukan Duterte.
Peristiwa yang dikenal sebagai penembakan misterius (petrus) itu, menyasar warga yang dianggap sebagai pelaku kriminal dengan cara mengeksekusinya.
Mungkin dengan cara itu ia berhasil menumpas para pelaku dan mengambil simpati masyarakat.
Meskipun disisi lain harus dipandang minor karena adanya anggapan pelanggaran hak asasi manusia.
Editor Bandarceme